Bangkitlah Wahai Pemuda!
![]() |
telegraph.co.uk |
Sang Pena - Pemuda, siapa yang tak mengenal sosok ini? Siapa yang tak
pernah menyandang status ini? Pemuda adalah bagian tak terpisahkan dalam
kehidupan kita, baik itu bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kehadiran pemuda sebagai bagian penting dan tak terpisahkan
dengan Indonesia secara utuh telah terabadikan dengan apik dalam sejarah emas
Indonesia. Lebih-lebih ketika masa peralihan menuju kemerdekaan, kala para
pemuda secara sadar memproklamirkan diri sebagai satu kesatuan bertumpah darah,
berbangsa, dan berbahasa satu, yakni Indonesia.
Yang patut dicatat, momentum tak kalah penting dalam sejarah,
setelah Hari Proklamasi adalah keberadaan peristiwa Sumpah Pemuda. Ini adalah
tonggak dimulainya persatuan gerakan kepemudaan di Indonesia, yang pada awalnya
masih terpisah secara teritorial (adanya Jong
Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Batak, dan Jong-Jong yang lain).
Kita patut bersyukur, persatuan pemuda Indonesia kala itulah
yang akhirnya menggelorakan kembali semangat untuk membebaskan diri dari
penjajahan, memproklamirkan diri sebagai bangsa yang bebas, bangsa yang
berdikari, bangsa yang berhak untuk menentukan masa depannya sendiri, bangsa
yang MERDEKA!
Fadli Zon, seorang budayawan pernah mengatakan bahwa pemuda
selalu bertempat di posisi yang strategis, sebagai pelopor dan agen perubahan
sosial. Posisi itulah yang kini harus kembali kita raih dan tancapkan dalam
sanubari. Tidak cukup jika kita hanya berpangku tangan, berdiam diri dan
menjadi penonton. Kita adalah agen perubahan, maka selayaknya kita memberikan
perubahan yang berarti bagi bangsa ini.
Nah, kawan! matahari senja telah tergelincir, matahari yang
sama telah benderang menerangi sudut bumi pagi ini. Tidak ada kata terlambat
selama matahari masih bersinar terang di atas langit. Tidak ada kata terlambat
sebelum bumi ini tutup usia. Maka, sudah selayaknya kita bangkit dan memberikan
APA YANG KITA MILIKI. Ilmu, Iman, Amal!
Jadilah pemuda yang berkemajuan, yang tak hanya ilmu dunia
dalam genggaman, tapi ilmu akhirat juga tertancap dalam setiap helai nafas yang
terhembuskan. Kita muda, kita berkarya! Kita bisa! Jangan pernah takut
untuk menjadi berbeda!
Bangkitlah pemudaku!
Wujudkan harapan
Rasulullah, wujudkan harapan ibu yang melahirkanmu, yang menginginkanmu menjadi
bagian dari sejarah umat!
Menyapamu dari bumi nan
gersang, di ujung Ngaliyan
Semarang | 28 – 10 –
2013
Berharap engkau
tersenyum di sana, karena senyummu yang lengkung itu dapat meluruskan hati! :)
Comments
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar, yang sopan ya :) | Semua komentar akan dimoderasi.
Hendak diskusi dengan penulis, silakan via email di pena_sastra@yahoo.com. Terima kasih