Sebuah Catatan Kecilku : Pramuka!

Harry Potter Juga Pramuka!
Jika boleh mengatakan, memang tidak berlebihan bahwa Pramuka adalah salah satu mozaik kehidupan paling berkesan yang pernah saya miliki. Setidaknya di usia yang ke dua puluh ini hampir separuhnya pernah saya dedikasikan di pramuka. Mulai sejak SD (mungkin itu yang pertama, sekaligus pengalaman pertama “mencari jejak” yang berujung kesasar di makam). Kemudian saat SMP, di ajang yang sama saya menonton dengan terkagum-kagum sambil menahan tawa tentunya, saat beberapa rombongan kawan (dari regu pramuka perempuan kami) bergulat dengan pramuka perempuan dari regu lain, hanya karena alasan sepele “terganggu asap” saat piket masak
Tapi dari kesemuanya itu, tidak ada yang mengalahkan kenangan sekaligus pengalaman di Pramuka saat saya “ngelmu” di SMK, saat itu rasanya Pramuka benar-benar darah yang mengalir dalam setiap langkah demi langkah yang terayun. Bahkan, saat memakai seragam dengan atribut berbeda dengan kawan saya yang lain, ada semacam sensasi aneh yang seolah-olah saya menjadi pusat perhatian dari semua kawan saya (hehehe, berlebihan? Tidak sama sekali). Dan semuanya memang bermula ketika saya memilih untuk aktif terjun di Pramuka yang berada langsung di bawah “ketiak” kepolisian, yakni Pramuka Saka Bhayangkara.
Semenjak saya terjun di sini, satu per satu pengalaman datang, satu persatu amanah dengan sendirinyapun memilih saya sebagai tuannya. Sambil terus memperdalam ilmu kepramukaan saya di Bhayangkara, saya barengi pula dengan mengajar pramuka di beberapa Sekolah Dasar dan SMP, dan sesekali mengisi kegiatan adik kelas saya di SMK. Benar-benar sebuah pengalaman yang sarat dedikasi nilai kepramukaan.
Salah satu yang terpatri sangat kuat adalah ketika saya, dan beberapa rekan saya di Pramuka Bhayangkara mengikuti even Pertikarada (Perkemahan Bhakti Saka Bhayangkara) Jawa Tengah pada tahun 2009, yang dilaksanakan di Bumi Perkemahan Munjuluhur, Purbalingga. Selama kurang lebih satu minggu ini kami memperoleh pengalaman untuk berinteraksi langsung dengan sesama aktivis pramuka dari seluruh Jawa Tengah. Dari semua agenda di Pertikarada ini, ada satu hal yang paling saya sukai, yakni Anjangsana. Anjangsana memungkinkan saya untuk menjelajah semua arena perkemahan dan tidak terikat jadwal secara langsung. Atau istilah lainnya, saya memang menghindar dari jadwal padat untuk bisa berlama-lama di alam purbalingga yang subhanallah sejuknya.
Sayang seribu sayang, meskipun saya berhasil menikmati pembukaan Pertikarada (saat itu menggunakan tari Rampak Banyumas), pada malam terakhir puncak pertikarada saya malah tergolek lemah di Rumah Sakit mini. Yah, tapi saya tetap bersyukur. Setidaknya saya bisa mewakili Polres Blora untuk ikut serta memeriahkan acara Pertikarada saat ini. Dalam samar-samar saat masih berbaring, beberapa sahabat baru menghampiriku. Ambon (sampai saat ini saya belum tahu nama aslinya, maaf kawan. Lilin (sahabat baruku yang jangkung, sama-sama hobi lari dari tugas). Danang (Dia lebih suka dipanggil Deddies, kesambet di Purbalingga yang menjadikannya seperti ini mungkin). Kemudian beberapa teman perempuan mendatangiku, menguatkan untuk segera sembuh sekaligus membawa kabar gembira, bahwa kontingen Saka Bhayangkara Blora membawa Piala Juara II, Alhamdulillah.
Mungkin akan ada banyak sekali kenangan yang tak bisa habis dikupas di sini, tapi pramuka tetaplah selalu hidup, selalu ada di hati, dan akan selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka, jiwa patriot dan pejuang bagi kemajuan kepramukaan di Indonesia. Hidup Pramukaku! Jaya Bangsaku!

Comments

  1. salam kenal. aq kontingen boyolali pertikarada 2009 juga

    ReplyDelete

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar, yang sopan ya :) | Semua komentar akan dimoderasi.

Hendak diskusi dengan penulis, silakan via email di pena_sastra@yahoo.com. Terima kasih

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Daftar 50 Promising University Indonesia