Posts

Showing posts with the label Cerpen

Bidadari Merah Jambu #

Image
           Entah apa yang ku rasa akhir-akhir ini. Rasa ini tak menentu semenjak aku kenal dengan dua bidadari cantik yang kini menjadi sahabat ku. Ya.. siapa lagi kalau bukan Alifa dan Nada. Aku bertemu mereka saat kami belajar bersama dalam sebuah organisasi sekolah yaitu ROHIS ( Rohani Islam ). Kami selalu bertiga, ya.. bagaimana tidak Alifa adalah ketua bidang MEDIKOM ( Media Komunikasi Masa ) . Sementara aku dan Nada adalah anggotanya. Walau begitu, bukan berarti kami tidak dekat dengan anggota yang lainnya, kerena kami ada dalam satu bidang, jadi kami lebih sering menghabiskan waktu bertiga untuk sekedar melaksanakan tugas – tugas kami seperti menerbitkan majalah Islami yang terbaru di sekolah. Ya.. pantas saja jika aku lebih akrab dengan Alifa gadis supel, periang, pintar matematika, dan cantik. Terlebih jika ia sedang mengenakan pin kupu – kupu merah jambu yang paling ia sukai. Wajahnya semakin bercahaya. Nada... ia takkalah pintar...

Makna Waktu Dari Nenek #

Image
            Bila waktu telah memanggil, teman sejati adalah amal..             Bila waktu telah terhenti, teman sejati adalah sepi..             (Opick-Bila waktu telah berakhir) Senja di sore ini menutup pembicaraanku dengan mereka, teman-temanku. Tema untuk pembicaraan kali ini adalah rencana liburan semester depan. Aku memang lebih suka berkumpul dengan teman-temanku, yang isi dari perkumpulan itu hanyalah pembicaraan-pembicaraan yang mungkin jauh dari manfaat. Ada memang, kami membicarakan hal yang bermanfaat, tapi itu jarang! Jarang sekali, lebih banyak kami mengisinya dengan senda gurau, olokan, film dan bahkan bernyanyi-nyanyi. Bisa kau bayangkan, betapa sia-sianya aku mempergunakan waktu. Astagfirullah, aku selalu menangis sendiri jika mengingat hal itu, aku malu ! sangat malu, malu kepada ALLAH dan mal...

Cerpen: Berjalan Untuk Kembali #

Image
sangpena.com | Ketika kubuka lembaran yang telah usang dengan tak sengaja. Lantas aku menoleh ke arahnya. Sungguh, hatiku rasanya terisis. Ah, payah. Lembaran yang telah kututup rapat kini kembali mengisi ruang otakku. Mereka bergelantungan bak monyet dalam hutan rimba. Menakutkan. Lembaran itu kusebut masa lalu. “Aku tak suka dengan at u ran Mamak. Sudah berapa kali aku bilang. Aku ingin mengurusi hidupku sendiri!” Bentakku pada Mamak yang seharusnya kuhormati. Aku? Mana peduli dengan sebuah kata ‘hormat’. Bukankah selama ini aku telah menghilangkan kehormatanku demi makhluk berstatus manusia dan bergelar pria itu? “Mengurusi hidupmu? Anakku, apa yang telah kau perbuat dengan hidupmu? Lihatlah pakaianmu! Kemudian dandananmu, tingkah lakumu, tutur katamu.....” “Sudahlah Mak, apa yang Mamak mau? Membuatku kembali? Tak mungkin! Aku sudah terlanjur tak terhormat. Lalu siapa lagi yang aku menghormatiku? Anak-anakku kelak? Mustahil! Orang sekitar? Mamak lupa terakhil kali...

Bulan Untuk Bapak

Image
Sang Pena - Sejarah selalu menyisakan kesan ketika dikenang. Sekalipun masa telah membentangkan jarak yang berkepanjangan antara masa lalu dan masa depan. Sebenarnya antara keduanya tidak pernah tersekat jarak. Selama ingatan masih kita simpan rapi di dalam ingatan. (alefiko) Cerpen. Saya memang cukup lemah di bidang yang satu ini, tapi bukan berarti saya tidak mencoba untuk menulisnya. Sudah beberapa kali kok :) Tapi, ya itu, selalu kurang puas jika harus membaca karya sendiri.Walaupun demikian, ketidakpuasan itu adalah bukti dan sekaligus anjuran kepada diri pribadi untuk terus belajar. Menulis lagi tentunya. Nah, berikut ini adalah cerpen yang pernah saya tulis beberapa tahun silam. Berharap masih bisa dibaca sekalipun jelek, berharap masih bisa dikritik sekalipun pembaca hanya penikmat tulisan. Yuk, silakan :) “Bulan” untuk Bapak Seperti hari-hari yang lain, minggu-minggu yang lain, bulan-bulan yang lain, semenjak aku kelas 3 SD, hingga detik ini, hampir setia...