Jejak Malam Terakhir

Malam ini, bingung harus menulis apa. Perasaan sedang kalut, kepala pusing, mata berkunang-kunang, dan udah larut malam, tapii....biarlah, biarkan malam ini ku habiskan dengan apa yang kusebut last memory, kenangan terakhir. Kawan, terkadang sesuatu yang begitu indahpun bisa berubah menjadi malaikat bertanduk yang menghembuskan kematian dalam setiap langkahnya. Banyak kejadian tak terduga yang umumnya lebih sering memilukan ketimbang apa yang lebih kita harapkan.

Aku benar-benar telah dikalahkan, oleh waktu (menetak leherku, tebas habis), oleh kemiskinan (merenggut masa depan keluargaku), oleh kematian (mengambil satu-satunya ayahku), dan terakhir oleh "hati" (mencacahnya dengan pisau karatan, sampai lumat).

Kepada waktu ; kenapa tidak sedikitpun kau cepatkan masa hidupku???
Kepada kemiskinan ; seandainya wujudmu adalah manusia, aku akan memerangimu sampai mati!
Kepada kematian ; sebuah kehormatan jika kau mau menemaniku malam ini.
Kepada hati ; seandainya kau bisa melupakan masa lalu, aku ingin menghapus semua ini. Membuangnya jauh-jauh, memendamnya di tanah terdalam, atau membakarnya di ujung langit, atau menenggalamkannya di Antartika. Sayang sekali, hati adalah titik terlemah yang sampai detik ini aku tak pernah benar-benar bisa menjinakkannya. Benar, bahwa seseorang yang pernah menjadi kekuatan terbesar, juga bisa berubah sebaliknya; menjadi kelemahan maha besar. Ironinya, hati memang tak pernah mengerti, hati selalu memilih kebenaran. Ah, aku tak ingin memiliki hati lagi, sungguh tak ingin...

Darah, kadang beberapa kali aku berfikir, sudah seberapa banyak darah yang telah ku korbankan untuk semua ini?? setetes? segelas? atau mungkin berliter-liter? Entahlah... aku sudah lupa, tepatnya tak ingin menghitungnya... tak akan menghitungnya. Tak akan!
Biarlah, kelamnya langit malam ini, dinginnya yang meretas kalsium tulang, dan kepalsuannya yang membutakan nurani menjadi saksi.

Ijinkan aku pergi, pergi jauh, dan tak ingin kembali ...
Ijinkan aku pergi, mencari hati yang kau curi...
Biar saja, biar saja...
Aku, langit, dan malam ini pergi ...
Aku akan pulang, ke tempat di mana seharusnya aku ditempatkan ...
Ke tempat yang tak pernah di sukai orang ...
Karena memang, kau harus memilih
Dan aku telah memilih,
Malam ini, 9 Juli 2011 00.00 AM
Terima kasih, semoga masih ada matahari untuk menghangatkan bekunya hati...

Comments

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Daftar 50 Promising University Indonesia