Aktivis-Akademikus, Jangan setengah-setengah!

Sang-Pena Menarik, itulah kata yang paling tepat jika kita hendak berdiskusi tentang akademikus atau aktivis. Perlu ditekankan sebelumnya bahwa pada keduanya memiliki posisi yang sejajar, seimbang, dan saling menguatkan, satu sama lain.
Bayangkan jika negara ini hanya diisi akdemikus, siapa yang membawa bendera reformasi? Siapa yang menggugat ketidak-adilan? Atau siapa yang meneriakkan lapar untuk rakyat? Akademikus? Jelas tidak.
Atau bayangkan begini, jika Negara ini hanya diisi aktivis, siapa yang akan ditugasi menciptakan penemuan spektakuler untuk peradaban manusia? Siapa yang bertanggungjawab pada kecerdasan bangsa? Aktivis? Bukan.
Sebenarnya dua pertanyaan di atas hanya penegasan, logika pembenaran, dan pembuktian bahwa baik akademikus maupun aktivis memiliki porsi yang sama untuk menorehkan namanya dalam “pembukuan” tinta sejarah tak peduli pada pilihan mana kita memposisikan diri.
Perintah dalam Agama Islam telah tegas dan jelas bahwa menuntut ilmu adalah suatu keharusan, Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan” adakah keraguan untuk mengingkari perintah tersebut? Tidak sama sekali, bahkan jika dipahami lebih lanjut, perintah tersebut tidak hanya dikhususkan untuk umat Islam, melainkan bagi seluruh umat manusia karena tidak ada yang menyangkal betapa pentingnya sebuah ilmu pengetahuan.
Dalam sebuah hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda, “Seorang alim (berilmu) dengan ilmunya dan amal perbuatannya akan berada di dalam syurga, maka apabila seseorang yang berilmu tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu dan amalnya akan berada di dalam syurga, sedangkan dirinya akan berada dalam neraka” (HR. Daiylami).
Kesimpulan yang bisa ditarik dari hadits kedua adalah, akademikus yang gilang gemilang, penuh prestasi dan penemuan membanggakan, tidak akan berarti apa-apa selama tidak mengamalkan ilmu yang dimilikinya. Mengamalkan berupa mendharmabaktikan, mencurahkan seluruh ilmunya untuk kemaslahatan umat dan kemajuan bangsa, mencerdaskan dan mencerahkan manusia dari kejumudan.
Akhirnya, tak masalah apapun pilihan kita. Jika ingin menjadi akademikus, jadilah akademikus sejati sesuai hadits tersebut, yang tidak hanya pandai berteori tapi siap mengabdi untuk negeri. Tapi jika pilihan jatuh di aktivis, jadilah aktivis yang memegang teguh idealisme, dan tidak mudah dibeli.
Nah, Silahkan pilih, keduanya memiliki porsi sama untuk dicatat dalam sejarah. Ingat, jangan setengah-setengah!

Comments

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Seberapa Cepat Loading Blog Anda?