Pancasila Vs Teknologi, Edan Bro!

Lomba Penulisan Artikel Pancasila UGM
Sang Pena - Bagi sebagian warga Indonesia, (meskipun dengan niat yang tulus ikhlas penulis berharap agar kata sebagian tersebut menjadi seluruh) Pancasila bukan hal yang asing lagi. Mulai dari pedagang asongan di terminal Terboyo, penjual nasi kucing di sepanjang jalan Semarang – Solo, penjual nasi pecel di Stasiun Poncol, sampai beberapa anggota Dewan gendut di kursi malas masing-masing. Jika ditanya, “Bapak tahu Pancasila?” jawabannya bisa ditebak, mereka semua akan menjawab yang sama, “Ya, saya tahu. Pancasila dasar Negara kan?”
Kemudian jika spektrum pertanyaan diperluas, “Bapak, hafal Pancasila?” Nah, ini lain lagi. Jawaban bisa dipastikan beragam, ada sebagian yang bisa,ada sebagian pula yang tidak hafal sama sekali. Terkadang penulis curiga, jika ada beberapa wakil rakyat yang mengaku Warga Negara Indonesia, ber-KTP Indonesia, pernah menghafal Dasa Dharma Pramuka, namun tidak hafal Pancasila. Perlu dipertanyakan kembali, perlu diusut, bahkan kalau perlu Ijazahnya ketika Sekolah Dasar diterawang ulang.
Yang lebih parah, di zaman edan ini. Saya tegaskan lagi “Edan, Bro!”, banyak kaum muda yang tidak hafal sila-sila pancasila, jangankan hafal, mendengarkan saja malas. Hal ini sangat bertentangan dengan fungsi pancasila yang paling pokok, yakni sebagai dasar Negara Indonesia. Bagaimana mungkin bisa menjadi Negara? Warga Negara sendiri tidak hafal! Bagaimana mungkin mampu menghayati nilai-nilai pancasila? Tanpa menghafalnya!
Parah? Memang. Yang menjadi tugas mulia, bagi penulis, bagi pembaca blog ini (yang “setia”), bagi yang membaca tulisan ini, dan bagi semua yang merasa masih muda. Mari kita bersama-sama untuk merasa wajib, pertama wajib hafal pancasila, kedua, wajib menularkan kebiasaan menghafal tersebut kepada semua orang; ayah, ibu, kakek, nenek, dosen, guru, dan semua. Ketiga publikasikan kembali sila-sila pancasila dalam kehidupan sehari-hari (update status facebook, twitter, blogging, dan lain sebagainya dengan isi “pancasila”).
Jangan kita biarkan nilai-nilai pancasila digerus oleh zaman yang serba teknologi ini. Mari kita jadikan teknologi sebagai media untuk memperluas nilai-nilai pancasila, mengajarkan keluhuran nilai pancasila, mengajarkan untuk menghafal, kemudian mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Memang, teknologi ibarat pisau bermata dua. Sisi positifnya bisa untuk kemaslahatan umat. Sisi negatifnya adalah juga bisa menjadi media ampuh untuk merusak umat. Silahkan dipilih, dari dua “menu” tersebut. Pilih menjadikan teknologi untuk ditanamkan nilai pancasila, atau kita biarkan teknologi merusak tatanan nilai pancasila. Edan kan, Bro?

Comments

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Seberapa Cepat Loading Blog Anda?