Toleransi Indonesia

Entah kenapa, membumikan Toleransi di bumi Indonesia seperti usaha keras dengan kosong untuk merobohkan Tembok Berlin. Entahlah ...
Ada email menarik dari seorang Kawan, perlu kiranya untuk saya publish di Blog Sang Pena. Kaitannya dengan toleransi.
Sang Pena - Salam Nasionalisme Indonesia! KH. Hasyim Muzadi, Presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) dan Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars), yang juga Mantan Ketum PBNU  tentang tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia oleh Sidang PBB di Jeneva :

"Selaku Presiden WCRP dan Sekjen ICIS, saya sangat menyayangkan tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia . Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara muslim mana pun yang setoleran Indonesia .

Kalau yang dipakai ukuran adalah masalah AHMADIYAH, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam.

Kalau yang jadi ukuran adalah GKI YASMIN Bogor, saya berkali-kali kesana, namun tampaknya mereka tidak ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional dan dunia untuk kepentingan lain daripada masalahnya selesai. Kalau ukurannya PENDIRIAN GEREJA, faktornya adalah lingkungan .Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian masjid juga sangat sulit.Belum lagi pendirian masjid di Papua.

ICIS selalu melakukan mediasi. Kalau ukurannya LADY GAGA dan IRSHAD MANJI, bangsa mana yang ingin tata nilainya dirusak, kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan Intelektualisme Kosong?

Kalau ukurannya HAM, lalu di Papua kenapa TNI/ Polri/Imam Masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM? Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan Menara Masjid, lebih baik dari Perancis yang masih mempersoalkan Jilbab, lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia, yang tidak menghormati agama, karena disana ada UU Perkawiman Sejenis. Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis? Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia, kaum muslimin sendiri dan Ummat beragama yang ada di Indonesia yang harus sadar dan tegas, membedakan mana HAM yang benar (humanisme) dan mana yang sekedar Westernisme"  

Comments

  1. Bro Soal HAM di papua di lihat dulu di lapangan barulah ngomong he...e.....

    ReplyDelete
  2. @Rusurdo Dogiyai hehe, iya gan :) masih di Jawa nih :)
    Tulisan ini dari Milis kok, semoga bisa bermanfaat untuk semua pembaca :)

    ReplyDelete
  3. aq juga pernah denger gan, di papua umat islam dilarang adzan, akhwat tdk boleh pake jilbab, gak boleh bangun masjid lg dll,..
    telebih lagi di ambon umat islam di bantai, negara bungkam, tapi jika ada perampokan, negara menfitnah dan menganggap itu ulah teroris (orang islam) kata nya HAM di junjung tinggi mana bukti nya,..

    ReplyDelete
  4. @Brian Al-Huda memang realita yang terjadi demikian gan, tidak ada sinkron antara apa yang diucapkan (oknum) pemerintah dengan yang terjadi di lapangan :(

    ReplyDelete
  5. @uii profile makasih gan atas BWnya, semoga bermanfaat :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar, yang sopan ya :) | Semua komentar akan dimoderasi.

Hendak diskusi dengan penulis, silakan via email di pena_sastra@yahoo.com. Terima kasih

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Daftar 50 Promising University Indonesia