Ospek, Bukan Ajang Balas Dendam!

Sang Pena - Opini - OSPEK itu penting, tetapi akan menjadi tidak penting manakala isinya hanya melulu berkutat pada aktivitas fisik. Tanpa memperhatikan aspek yang lebih penting yang seharusnya didapatkan oleh mahasiswa baru, yakni mengenai almamater yang menjadi tempatnya dalam menempuh jenjang pendidikan tinggi.

Perlu diketahui bersama, salah satu tujuan utama dari adanya Ospek adalah memberikan wawasan wiyata mandala kepada mahasiswa baru. Yakni, tentang apa saja dan bagaimana kemampuan kampus dalam memberikan “pelayanan terbaik” bagi mahasiswa baru.

Langkah sederhana untuk memberikan nilai jual lebih terhadap kampus tersebut bisa berupa; menunjukkan keunggulan kampus, prestasi yang diperoleh, mahasiswa yang menjadi teladan, sampai tenaga pendidik yang berkualitas. Muara dari semua aktivitas tersebut adalah memberikan rasa nyaman dan keyakinan kepada mahasiswa baru, bahwa kampus yang dipilihnya adalah tepat.

Sehingga menjadi sebuah keharusan untuk memberikan kesan pertama yang sebaik-baiknya agar ke depan mahasiswa baru dapat berbaur dan beraktivitas dengan baik di kampus, karena sudah memperoleh bekal yang cukup dari Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek).

Namun kini, kegiatan yang berlangsung di lapangan malah justru sebaliknya. Banyak sekali kejadian yang melampaui batas normal untuk sebuah Ospek, sebut saja mahasiswa harus mengikuti perintah konyol yang sebenarnya kurang bermanfaat, dan tak jarang berujung pada sanksi fisik tanpa dasar jelas, sehingga yang membekas di mahasiswa bukanlah nilai yang positif dan edukatif, melainkan sebuah perasaan terkekang yang akhirnya dilampiaskan dengan pembangkangan.

Senioritas memang selalu ada dalam dunia kampus, namun hal semacam demikian tidak semestinya dibawa ke ranah Ospek. Ospek bukan ajang balas dendam, ospek adalah ajang untuk mendekatkan kampus kepada mahasiswa baru. Seperti telah disebutkan di awal, ospek harus membekas bukan sebatas aktivitas lapangan, tetapi juga memberikan rasa nyaman dan kemantapan hati bagi mahasiswa untuk belajar sebaik-baiknya di lingkungan yang baru.

Lalu masih relevankah sebuah Ospek? Jelas masih sangat relevan, hanya saja masih perlu dikaji lagi, sudahkah Ospek yang diterapkan saat ini telah menempatkan mahasiswa sebagai tamu yang mesti dijamu sebaik-baiknya. Bukan sebagai ajang balas dendam terhadap keluarga baru yang bergabung di kampus kita

Akhirnya, kesan pertama yang baik tentu akan menghasilkan akhiran yang baik pula. Jadikan Ospek sebagai titik ledak mahasiswa baru dalam memacu semangat dan motivasi untuk terus berprestasi, di rumah baru, di kampus baru, untuk masa depan yang lebih baik. Semoga.[Sang Pena]

Comments

  1. OSPEK, ko pake baju SMP?? Piye -_-

    ReplyDelete
  2. heheuuu,, mau cari yang udah mahasiswa gk ada yang mendidik :) gituu

    ReplyDelete
  3. tapi udah jadi budaya juga kan bang...karena akarnya dari system ospek dulu juga begitu... seperti ubi jalar yang merambat perlahan..

    ReplyDelete
  4. @respect dari hati hehehe,, iya kan emang kenyatannya gitu. Cuma ya, kita berusahalah untuk memperbaiki. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar, yang sopan ya :) | Semua komentar akan dimoderasi.

Hendak diskusi dengan penulis, silakan via email di pena_sastra@yahoo.com. Terima kasih

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Daftar 50 Promising University Indonesia