Sudahkan Anda Ikhlas?

Ikhlas Sedekan
Sang Pena - Bapak Jamil Azzaini, salah satu motivator favorit saya, sekalipun di twitter sering saya panggil kek, (kurang tau apa sebab, ikut saja), hehehe... Beikut ini adalah salah satu tulisan yang selesai saya baca. Baru sadja beberapa jam yang lalu.  Buat rekan-rekan pengunjung Blog Sang Pena, selamat membaca :)

Selama perjalan Hongkong-Jakarta Senin lalu (12 November 2012), di pesawat saya membaca kitab-kitab klasik karya ulama hebat di zamannya. Ternyata, semua meletakkan pembahasan ikhlas di dalam bab pertama. Sebab tanpa itu, amal kebaikan yang kita lakukan tidak bernilai apapun di hadapan Allah SWT.

Orang-orang yang sibuk beramal tetapi tidak ikhlas, seperti orang pergi ke pasar dimana kantong baju dan celananya penuh dengan batu. Namun sesampainya di pasar, batu itu tak bernilai apapun, tidak bisa digunakan untuk membeli apapun. Sungguh amat sangat rugi bila yang kita lakukan tidak bernilai sedikitpun dimata-Nya. Bukankah pada hakekatnya, hidup adalah mencari bekal untuk bertemu dengan-Nya?

Sejenak saya tertegun dan meneteskan air mata. Menyesal karena pernah berbuat dengan harapan mendapat pujian dan tepuk tangan dari manusia. “Ya Allah ampuni aku, luruskan niatku dan jagalah hatiku serta terimalah semua amal-amalku.”

Lantas, apakah harus berhenti berbuat? Tidak. Karena menurut Fudhail bin Iyadh, “Meninggalkan amal karena manusia itu riya, melakukan amal karena manusia itu syirik, dan ikhlaslah yang menyembuhkan keduanya.” Mari terus berlomba mengumpulkan bekal dengan keikhlasan 100 persen di dalamnya….

Apakah ciri utama ikhlas? Setidaknya ada dua hal yang utama. Pertama, dilihat orang atau tidak amalnya sama. Bukan saat dilihat ia taat, namun saat sendiri ia pemalas bahkan berani berbuat maksiat. Dalam bahasa gaulnya “sok alim saat ramai, tapi penjahat saat teman-temannya tidak melihat.” Orang yang ikhlas hanya berharap penilaian dari-Nya.

Kedua, bila orang itu sudah merasa bahwa pujian dan hinaan orang lain dianggap sama dimatanya. Bila Anda senang dipuja namun marah saat dicerca, itu pertanda ketidak ikhlasan masih melekat di dalam jiwa. Atau, dengan makna lain, Anda semangat berkarya saat dipuja namun berhenti dan marah saat ada yang mencela, itulah bukti bahwa amal Anda belum disertai keikhlasan. Orang yang ikhlas hanya berharap pujian dari Sang Maha.

Teruslah melakukan kebaikan dengan cara-cara yang terbaik. Bekerjalah dengan lebih keras dan cerdas disertai kerja ikhlas di dalamnya. Secara berkala memohon ampunlah kepada-Nya, karena sebagai manusia kita pasti pernah alpa dan lupa. Namun janganlah lupanya berkepanjangan, sebab bila amal kita tak bernilai dimata-Nya itulah kebangkrutan terbesar kehidupan kita di dunia.
Salam SuksesMulia!

Tanggapan:
Mungkin saya termasuk salah satu manusia yang dulunya juga seperti itu kek, tapi alhamdulillah, sekarang saya mulai memperbaiki diri dan berusaha sebaik-baiknya, bertaqorub kepada Allah. Saya juga berusaha, mulai sedekah, sekalipun tidak banyak, tetapi rutin. Alhamdulillah, hati lebih tenang. :)
Terima kasih kakek tulisannya :) 

Comments

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Daftar 50 Promising University Indonesia