Cinta Itu Melelahkan

cinta itu melelahkan
Sang Pena - Ketika tulisan ini dibuat, saya sedang teringat teman saya yang pernah mengalami patah hati yang teramat sangat. Mengenal seseorang yang sangat dekat dengan kriteria pasangan impiannya membuatnya meletakkan seluruh hati pada hubungan tersebut. Menyakitkan memang, ketika hubungan tersebut kandas di tengah jalan.

Bertepuk sebelah tangan. Karena sang pujaan hati tidak memberi kadar hati yang sama. Ini membuat teman saya emosi dan frustasi membuat teman saya terus memuntahkan semua asupan makanan, hingga tubuhnya menyusut setiap harinya. Sungguh cinta yang melelahkan.

Teringat pula pada seseorang yang saya kenal yang sangat mencintai ibunya. Ibu yang mengharap anaknya sukses secara akademis dan dapat membanggakan orang tua. Karena takut mengecewakan ibunya,dia belajar mati-matian demi meraih gelar sarjana dengan nilai tertinggi. Seringkali dia mengalami depresi yang amat sangat ketika musim ujian tiba. Bahkan penyakit muntahber menjadi penyakit rutin dalam musim ujian.

Hingga suatu hari dalam keadaan tergeletak di kasur karena muntahber, dia menelepon ibunya dan meminta maaf. Maaf jika dia tidak bisa membalas semua kasih sayang dengan mewujudkan semua harapan ibu. Harapan yang sangat tinggi akan keberhasilan duniawi dan kecintaan yang besar untuk seorang manusia. Cinta yang melelahkan.

Mungkin saya dan pembaca sekalian pernah mengalami hal yang serupa dengan kisah di atas. Kecintaan terhadap seseorang atau sesuatu yang amat sangat sehingga kita menjadikan diri kita tenggelam dalam kecintaan tersebut. Sehingga ketika seseorang itu pergi atau sesuatu itu lenyap maka seolah kehidupan kita pun ikut pergi dan lenyap.

Sungguh cinta itu melelahkan, karena kita mencintai sesuatu yang lemah. Orang tua, suami, istri, anak, harta, pendidikan dan jabatan semuanya itu lemah. Orang tua kita manusia biasa yang pasti mati suatu hari nanti. Pasangan dan anak kita manusia biasa yang pasti akan mengecewakan bahkan mereka pun tidak bisa selalu ada bersama kita selama 24 jam.

Kecewa muncul ketika kita bertemu masalah ternyata sandaran atau yang kita cintai, tidak ada untuk mendengarkan keluh kesah kita. Rasa pilu itu besar semakin besar, ketika orang yang kita cintaiuntuk kita andalkan harus pergi untuk selamanya. Seperti layangan putus yang kehilangan arah, seperti itulah ketika kebergantungan kita diletakkan pada mereka yang lemah.

Dimanakah cinta yang tak melelahkan itu? Hanya kecintaan kepada sang Pencipta. Dia adalah dzat yang akan mendengarkan keluh kesah kita setiap saat. Dia adalah dzat yang akan hadir setiap waktu. Bahkan Dia akan mendekat lebih dari cara kita mendekat. Cinta bertepuk sebelah tangan? Tidak akan terjadi jika kita mencintaiNya.

Dia tidak akan mati dan meninggalkan kita. Dia akan hadir membimbing kita ke arah jalan yang lurus untuk meraih kemuliaan di dunia dan kemuliaan di hari akhir kelak. Maka cintailah Dia terlebih dahulu dan cintailah mereka karena Nya. Mencintai yang Maha Tinggi itulah keindahan cinta.

From  Dita Lupita Sari (Jamil Azzaini)

Comments

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Seberapa Cepat Loading Blog Anda?