Muda itu Berani Beda!


Berani Beda, Sang Pena
flickriver.com
Tidak beranikah dirimu menaklukan Mahameru, wahai pemuda? Atau, nyalimu hanya sebatas terduduk di kursimu yang tak nyaman itu?
Sang Pena - Kehidupan yang kita jalani hari ini, sejatinya adalah kompetisi. Bahkan, sebelum kita benar-benar tercipta kita sudah mengawali yang namanya kompetisi. Kita mungkin lupa, bahwa ada jutaan sel sperma yang berlomba-lomba untuk membuahi sel telur, hanya satu yang berhasil. Satu sel yang beruntung itulah, yang kini membelah menjadi jutaan sel dan hidup, berkembang dan belajar sebagai manusia, hamba Allah.

Dalam berbagai bidang kehidupan, kita akan menjumpai yang namanya kompetisi, itu adalah sunnatullah. Tidak ada hidup jika tidak ada kompetisi. Kita terlahir untuk memenangkan kompetisi tersebut. Apa kompetisi kita sebagai hamba Allah? Berlomba, ber-fastabiqul khairat! Menjadi yang terbaik di hadapan Allah, pun demikian di hadapan manusia.

Selagi muda, kita harus memiliki semangat untuk bersaing. Kelebihan yang dimiliki orang lain, kemampuan yang dimiliki orang lain, kesempatan dan kesuksesan yang diraih orang lain haruslah menjadi cermin agar kita bisa berusaha lebih baik. Kesuksesan orang-orang di sekitar kitalah, yang pada akhirnya menjadi titik ledak, agar kita turut “bersaing”, menjadikan itu semua sebagai penyemangat kita untuk bergerak.

Untuk bisa meraih itu semua, ada kunci yang harus kita miliki: berani berbeda selagi muda. Jangan pernah takut untuk menjadi berbeda, menjadi bagian kelompok yang sedikit dari kebanyakan. Misalnya begini, jika kebanyakan mahasiswa sibuk ngalor-ngidul gak jelas, cobalah kita sibukkan diri dengan membaca, menulis, berorganisasi, itu lebih memberikan nilai plus di kemudian hari. 

Atau contoh lain, ketika kebanyakan orang sibuk dengan aktivitas konsumtif. Kita bisa memilih berbeda, dengan mempelajari keterampilan yang bermanfaat, menjadi public speaker misalnya. 

Saat kita berani mengambil langkah dan cara berbeda tersebut, kita akan menjadi:
1.       Bagian kecil yang berbeda dari kebanyakan
2.       Tidak terganti oleh orang lain, karena kemampuan tersebut
3.       Dibutuhkan orang lain, karena unggul
4.       Profesional dan berilmu, bukankah hamba yang berilmu lebih mulia? :)

Akhirnya, memilihlah. Menjadi bagian kecil yang berbeda dan luar biasa. Atau kebanyakan, yang nyaman dengan istilah standard dan cukup. 

Tidak beranikah dirimu menaklukan Mahameru, wahai pemuda? Atau, nyalimu hanya sebatas terduduk di kursimu yang tak nyaman itu?

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Semarang
Ps: sambil cari referensi untuk skripsi ^^
Semarang | 6 Nopember 2013

Comments

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Daftar 50 Promising University Indonesia