Catatan Langit Kecil
Sang Pena - Sore itu HPku bergetar, ada nomer
baru yang mengirimkan pesan. Biasanya, jika ada nomer baru yang isi SMSnya
tidak jelas, pasti tidak akan ku respon, tapi kali ini berbeda.
“Assalamu’alaikum.
Maaf ini benar nomor kader IPM?. Kenal dengan Langit tidak?”
Lho,
ini siapa ya, kok tau kalau aku kader IPM. Padahal kan aku artis tidak
pernah cerita banyak soal kesibukan organisasi. Didorong rasa penasaran,
iseng-iseng aku jawab.
“Alaikumussalam. Benar, ini kader IPM,
in shaa Allah kenal”
Sengaja
dibalas dengan bahasa datar, menguji responnya. Beberapa menit kemudian
pengirim tak dikenal tersebut membalas, cukup panjang.
“Ada nomornya
yang bisa dihubungi tidak dik? (mendadak
dipanggil dik -_-) Sudah lama saya mencarinya namun tidak ketemu juga.
Katakan dia ditunggu Mr. X untuk segera menghubunginya. Mr X mau mengucapkan
terima kasih karena sudah menolongnya.Tolong kabarkan pula bahwa Mr. X sedang
kritis, sebelum ia meninggal ia ingin masuk Islam dan bertemu pada langit
terlebih dahulu. Terima kasih.
Terdiam, mematung
seperti terkena kejutan sekian juta volt listrik lewat HP mungilku itu. Kawan
yang juga mungil seperjuangan itu telah melakukan sesuatu yang “berbeda”.
Terbukti ada yang mencari untuk urusan yang demikian genting. Apa yang
disampaikannya sampai Mr. X tergerak hati untuk memeluk agama Islam? Banyak
pertanyaan berkecamuk di sini, pun ada rasa bangga terselip, hebat sekali
langit itu.
Setelah
mengetahui latar belakang pengirim pesan yang tidak terlalu “membahayakan”,
akhirnya diskusi malam itu berlanjut. Banyak hal yang kami bahas, mulai dari
kenapa ada orang yang demikian baik, apakah karena agama Islam? Tidak luput
pula pertanyaan tentang IPM dan Muhammadiyah. Mr. A, si pengirim pesan
benar-benar memiliki ketertarikan yang luar biasa terhadap agama Islam, beliau
ternyata juga mu’alaf.
Makin larut
malam, bahasan kami mulai ke ranah personal. Sekalipun masih dalam
batasan-batasan yang wajar. Bahasan lalu terpusat pada sebuah buku kecil, diary
yang hilang. Dari diary inilah Mr. A mendapatkan nomer HPku, sekalipun tanpa
nama. Hehe :D *artis dadakan* di buku kecil itulah pula akhirnya
terungkap beberapa fakta mengejutkan. Beberapa kisah tak tuntas yang disimpan
rapi oleh waktu, beberapa catatan yang terampas karena keinginan dan kemuliaan
yang luar biasa untuk sahabat.
Tak habis
rasanya jika harus mengupas sisi langit dengan penjabaran yang disampaikan oleh
Mr. A. ada kekaguman yang disampaikan dalam tiap satuan kata, ada keinginan
untuk bersanding lewat bahasa – jelas penilaianku mungkin subjektif – tapi biar
saja. Ya, Mr. A jelas-jelas jatuh cinta kepada langit kecil, pemilik markas
biru langit (demikian yang disebutkan Mr. A).
Hampir The End
====
Lain kali kita
akan membahas lanjutan kisah ini ya, baik di lisan ataupun tulisan sambungan
lain. Hanya saja, dari kejadian sore tersebut ada beberapa hal yang dapat
dirasakan, olehku pribadi tentu saja. Memetik hikmah dan pelajaran dari diskusi
panjang dengan Mr. A.
Nah lanjut ya,
jadi begini, pernah tidak kalian mengenal atau membaca tentang dimensi paralel?
sebuah keadaan, dimana kita juga berada di dunia lain – di bulan misalnya – sekalipun
kenyataannya di sini – dan di dunia yang lain tersebut kita sedang bahagia,
sesuai harapan kita di dunia sebenarnya.
Kemudian tentang
waktu, kita tidak pernah tahu diberikan sampai kapan waktu untuk menghirup dan
menghela nafas. Bukankah lebih baik jika kebahagiaan itu kita sendiri yang
menentukan warnanya? Tanpa harus mengorbankan sayap untuk kemudian
menyerahkannya kepada orang lain? Bagaimana mungkin kita bisa terbang, jika satu-satunya
sayap yang dimiliki harus diserahkan kepada orang lain?
Lalu yang
penutup adalah tentang do’a, siapa yang hari ini sudah berdo’a untuk
kebahagiaan orang lain? Atau barangkali jiwa kita terlalu egois, hingga doa
(baca: ikrar) yang kita sampaikan porsinya selalu lebih banyak untuk
kepentingan kita pribadi? Dimana jatah untuk saudara kita di luar? Atau sudahkah
doa terbaik itu untuk kebahagiaan yang benar-benar kita harapkan di masa depan?
Doa adalah
ikatan yang terbaik, sekalipun bumi terbelah dan hancur berkeping menjadi debu,
selama do’a terpancang – jangankan di bumi – semestapun akan disatukan,
dipertemukan dengan jalan yang tidak pernah kita sangka. In shaa Allah.
Tulisan ini
adalah penghargaan untuk Mr. X dan Mr. A, mu’alaf yang luar biasa, khusus
kepada langit kecil, mantapkan lisan dan ilmu, agar semakin banyak pendeta yang
bisa kita bantu – diIslamkan. Maaf jika kalian semua harus berganti menjadi
nama Inisial,
semoga berlimpah keberkahan. :)
Ditulis di Rumah
Bisnis Kinijaya
6 Februari 2014 –
23.30 pm
Penuh kesyukuran
– di luar desah angin membelai langit malam
OmG. Tadi saya mampir RBK bang. Terimakasih telah menjadi kawan yang selalu mengingatkan. :-)
ReplyDelete
ReplyDelete:)
jadi ini kisah nyata ya?? semacam diary rupanya??