Yuk! Mari Bersyukur ^^

mari bersyukur, sang pena
Sang Pena – Sisihkanlah waktu sejenak. Lepaskanlah sejenak penat yang terlalu lama tertimbun itu, penat dan kesibukan yang menyita waktu, menjadi gunung penghalang untuk melihat lebih jauh makna kesyukuran.  Renungkanlah tentang apa yang telah kita capai. Prestasi yang telah kita raih. Kesehatan yang menjadikan kita tegak berdiri, cukup untuk sekedar berjalan dan berlari. Fisik. Alangkah nikmat ini terbilang luar biasa, tak tertandingi, tak terbeli.

Renungkanlah pula tentang orang-orang yang selama ini menyayangi dan memperhatikan kita. Ibu yang sayangnya tak terganti, yang cintanya melebihi luas langit dan seisi bumi. Ayah, yang dalam diamnya terdapat tanggung jawab luar biasa, menyayangi kita dalam diam, mengajarkan dalam tindakan dan keteladanan. Sekalipun terbatas kata, bukan berarti ayah adalah orang biasa. Dan, tak terhitung pula saudara, yang keberadaan mereka adalah warna. 

Alangkah semunya kehidupan tanpa mereka semua. Ibarat hitam hanya tersandingkan warna putih. Tanpa warna, tanpa keindahan yang terasa. Bagaimanapun, pelangi tak pernah disebut pelangi jika hanya terstruktur atas warna hitam dan putih. Demikian pula kita. Pantaskah kita disebut manusia, jika tak pernah “diuji” duka dan air mata?

Kita seringkali menginginkan kehidupan yang sempurna. Keluarga yang taat agamanya. Tercukupi kebutuhan hidupnya. Terpandang di masyarakat. Dan lain sebagainya. Terlalu banyak kriteria ideal yang dipatok oleh manusia, mengesampingkan kenyataan bahwa Allah menciptakan ini semua – terlepas kelebihan dan kekurangan yang manusia miliki – bukan tanpa tujuan. 

Sempurnanya hidup, siapa yang tidak menginginkannya? Kita semua tentu menginginkannya. Hanya, terlalu naif untuk mengatakan bahwa keinginan yang demikian besar tidak pernah sebanding dengan usaha yang sama besar untuk meraihnya. Kita sering lupa bahwa untuk menuju pencapaian gemilang diperlukan pribadi yang gemilang pula untuk meraihnya. 

Betapa perlunya kita memahami bahwa kita wajib untuk mengubah diri sendiri. Membuat apapun yang kita miliki, bagaimanapun rupa dan kondisinya – lebih bernilai. Menyadari bahwa semua berguna menjadi bekal dalam perjalanan panjang ini. Bukankah kita pasti pulang? Dunia ini hanyalah perjalanan singkat menuju kampung abadi :)

Jika kita sadar, mengerti, menyadari. Mungkin tak ada lagi waktu untuk kesia-siaan. Tak ada lagi kesempatan untuk mengeluhkan kekurangan. Tak ada lagi keinginan untuk terlihat lebih (dalam kepalsuan) di hadapan orang lain. 

Sahabat, sejatinya kita terlahir dengan harta tak ternilai, namanya KESEMPATAN. Kesempatan menjadi manusia yang hidup, sebuah nyawa yang hanya satu, yang setiap tindak tanduknya tercatat untuk dipertanggungjawabkan. Pernahkah anda berandai memiliki nyawa lebih dari satu?

Jika hatimu sudah membatu, ada banyak cara untuk melihat dan menemukan kesyukuran. Sempatkanlah berkunjung ke Sekolah Luar Biasa. Jika masih saja mengeluhkan hidup yang tak sempurna itu, mungkin perlu dipertanyakan “Masihkah dirimu memiliki hati dan nurani?”

Marilah mensyukuri apa yang telah kita miliki, hari ini, lusa dan seterusnya, tetaplah bersyukur.
Selamat bermimpi indah, mungkin sudah terlelap. Semoga terbangun dalam senyum dan bingkai kebahagiaan dalam syukur dan tindakan.

Salam bahagia!

Di tulis di hall SLB Pemalang
Dini hari dalam rangkaian Taruna Melati III IPM Jawa Tengah
1 Februari 2014 | 12:47 am

Comments

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Seberapa Cepat Loading Blog Anda?