Repost: Masa Gitu Aja Ga' Tau?

Sang Pena, Sad, Sedih
Sang Pena - Bicara soal empati yang telah kita bahas sebelumnya  ”bagaimana pribadi kita memosisikan diri sebagai orang lain”, maka, inilah pembahasan kita kali ini.

Saya selalu merefleksikan sekaligus berhati-hati soal saat menyampaikan sesuatu lewat lisan. Rasulullah menekankan soal ini : lisan yang tanpa tulang ia dapat menusuk bagai pedang.

“Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau – kalau tidak dapat berkata yang baik, hendaklah ia berdiam diri saja.” (Muttafaq ‘alaih)

“Barangsiapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di antara kedua tulang rahangnya – yakni mulut atau lidah – serta antara kedua kakinya – yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan syurga untuknya.” (Muttafaq ‘alaih)

“Sesungguhnya seseorang hamba itu niscayalah berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia fikirkan – baik atau buruknya -, maka dengan sebab perkataannya itu ia dapat tergelincir ke neraka yang jaraknya lebih jauh daripada jarak antara sudut timur dan sudut barat.” (Muttafaq ‘alaih)

“Wahai Rasulullah! Islam manakah yang lebih utama?” Beliau menjawab, “Yaitu orang yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari)

***

Jika suatu saat, atau bahkan telah terjadi, ada seseorang yang datang ke hadapan kita menanyakan satu hal yang menurut kita sangat sepele, lantas kita berkata, “Waduhh… massa gitu aja ga tau?”. Padahal ia sangat sungguh-sungguh tuk tahu dan berharap ia akan mendapat jawaban yang dapat membuatnya tersenyum. Saudara kita itu lantas menangis.

Jika kita pernah berkata seperti itu, coba katakan “Wahai hati, setakabur apakah dirimu? Merendahkan manusia dan meninggikan diri dengan pengetahuan tak seberapa.

Wahai hati, saat Allah menegur kekasihnya yang -padahal- tidak sedikitpun menghinakan dan mencampakan Abdullah Ibn Ummi Maktum -sahabatnya yang buta-, kita berani-beraninya menggoreskan luka di hati insan yang ingin mendapat cahaya ilmu di sisimu?

Wahai hati, saat kau goreskan kata-kata itu pada saudaramu “Massa’ gitu aja ga tau?” Lantas dia hancur hatinya dan tak ingin lagi menanyakan satu hal padamu lalu ia juga tak mau menanyakan lagi pada orang lain, karena ia beranggapan orang berilmu itu sama sepertimu, seberat apakah dosa yang kan kau pikul sampai ajalnya menjemput tanpa cahaya ilmu?

Atau…

Wahai hati, berikan penjelasan, apakah saat ketakaburan diri yang ‘sok tahu’ selanjutnya kan menutup hati kita dari tidak merasa berdosa dan kenikmatan ibadah Allah cabut karena marahnya IA pada kita, lantas apa yang kan kita katakan padaNya pada hari saat kita menghadapNya ?”

Merenungi, untuk diri. Wahai Allah, maafkan Lady ini, saat pernah seperti itu.

Sumber

Comments

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar, yang sopan ya :) | Semua komentar akan dimoderasi.

Hendak diskusi dengan penulis, silakan via email di pena_sastra@yahoo.com. Terima kasih

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Seberapa Cepat Loading Blog Anda?