Prosa Kebangkitan
Sang Pena - Aku bahagia mengemasi ransel kecil lapuk ini, lalu mengikat erat tali sepatu -- yang sama lapuknya. Tidak ada kebetulan, tidak pernah ada kebetulan hingga kesadaran itu kembali membangkitkan jiwa dan semangat. Pilihan ini membangkitkan, serasa wajah tersiram cairan firdaus -- hingga aku merasa seribu tahun lebih muda.
Aku berdiri tegar melihat cakrawala malam ini, sekali lagi tegak, sekali lagi tersenyum, senyum yang menantang segala keangkuhan. Ya, senyum ini yang lama ditunggu. Seperti aku melihat diriku yang berbeda, tetapi masih tegak, dengan sepatu yang sama, ransel yang sama -- sama lapuknya.
Luka yang dulu serasa ditikam dengan racun ini telah pulih, tiba-tiba sembuh dengan sendirinya. Semua upaya yang gagal membunuhku ini -- membuatku jauh lebih kuat, jauh lebih kuat dari sebelumnya.
Aku berdiri tegar melihat cakrawala malam ini, sekali lagi tegak, sekali lagi tersenyum, senyum yang menantang segala keangkuhan. Ya, senyum ini yang lama ditunggu. Seperti aku melihat diriku yang berbeda, tetapi masih tegak, dengan sepatu yang sama, ransel yang sama -- sama lapuknya.
Luka yang dulu serasa ditikam dengan racun ini telah pulih, tiba-tiba sembuh dengan sendirinya. Semua upaya yang gagal membunuhku ini -- membuatku jauh lebih kuat, jauh lebih kuat dari sebelumnya.
Semarang, 20 Mei 2014 | 23:50 pm | masih dalam hari Kebangkitan Nasional
Comments
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar, yang sopan ya :) | Semua komentar akan dimoderasi.
Hendak diskusi dengan penulis, silakan via email di pena_sastra@yahoo.com. Terima kasih