Belajar Dari Kepiting

belajar, kepiting, sang pena
pic source: sites.psu.edu
Sang Pena - Saat menjelang malam hari di tepi pantai, terlihat para nelayan melakukan kegiatan yakni menangkap kepiting yang biasanya keluar dari sarang mereka di malam hari. Kepiting-kepiting yang ditangkap oleh nelayan, sebagian kecil akan menjadi lauk santapan sekeluarga,  sebagian besar akan di bawa ke pengumpul atau langsung ke pasar untuk di jual. 

Para nelayan itu memasukkan semua kepiting hasil tangkapan mereka ke dalam baskom terbuka. Menariknya, baskom tersebut tidak perlu diberi penutup untuk mencegah kepiting meloloskan diri dari situ.
Ada yang menarik dari tingkah laku kepiting-kepiting yang tertangkap  itu. Mereka sekuat tenaga selalu berusaha keluar dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat, tetapi jika ada seekor kepiting yang nyaris
meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan  berusaha keras menarik kembali ke dasar baskom. 


Begitulah seterusnya, sehingga akhirnya tidak ada seekor kepiting pun yang berhasil kabur dari baskom, sebab itulah para nelayan tidak membutuhkan penutup untuk  mencegah kepiting keluar dari baskom. Hingga mati hidupnya si kepiting pun ditentukan keesokan harinya oleh si nelayan. 

Menarik, kisah dari sifat kepiting tadi, mengingatkan kita pada  kehidupan manusia. Kadang tanpa disadari, manusia bertingkah laku seperti kepiting di dalam baskom. Saat ada seorang teman berhasil
mendaki ke atas atau berhasil mencapai sebuah prestasi, yang seharusnya kita ikut berbahagia dengan keberhasilan itu, tetapi yang ada kita justru merasa iri, dengki, marah, tidak senang, atau malahan
berusaha menarik atau menjatuhkan kembali ke bawah. 


Apalagi dalam bisnis atau bidang lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, tidak mau kalah akan semakin nyata dan bila tidak segera kita sadari, kita  telah menjadi monster, mahluk yang menakutkan yang akhirnya akan membunuh hati nurani kita sendiri.


Manusia sebagian mempunyai sifat seperti kepiting : Selalu sibuk merintangi orang lain yang akan menuju sukses sehingga lupa berusaha untuk memajukan diri sendiri. Selalu mencari dan menyalahkan pihak di luar dirinya. Tanpa sama sekali mempedulikan dirinya yang bergelimang kesalahan. 


Sungguh tidak perlu cemas dengan keberhasilan orang lain, tidak perlu ada menyimpan iri hati apalagi dengan tindakan yang bermaksud menghalangi teman atau orang lain agar mereka tidak maju. 

Buang pikiran negatif seperti itu. Sesungguhnya, di dalam persaingan bisnis atau persaingan di bidang apapun, tidak perlu diberikan istilah kemenangan atau kekalahan, setiap diri kita mempunyai hak untuk sukses! Sukses adalah hak kita semua, jadi teruslah berusaha dan terus menghargai :)

Daripada sibuk menghalangi atau menjatuhkan orang lain, jauh lebih penting adalah berjuang dan terus berusaha, jatuh dan bangkit, jatuh dan bangkit lagi. Lalu lihatlah, sejauh mana kita mampu mengembangkan kemampuan dan potensi  sesungguhnya. 

Mari menginspirasi, berkarya untuk menjadi pribadi yang membanggakan :) 

Salam sukses!

Semarang, 3 Agustus 2014 
Hangat surya kota Lumpia

Comments

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Daftar 50 Promising University Indonesia