Berdakwah Harus Karena Cinta #
Ilustrasi |
Sejak duduk di bangku SMK, kami terlebih para ukhti dari jurusan yang sangat didisiplinkan oleh para guru wanita. Kami memang memiliki beberapa guru wanita yang memakai jilbab menjulur ke seluruh tubuhnya jadi tak heran ketika hari jumat selalu ada keputrian yang dibimbing langsung oleh beliau yaitu guru dari kejuruan jurusan kami.
Ada hal yang rasanya kurang ketika menyampaikan terhadap kami terasa monoton dan terlalu serius sehingga, dah berakhir dengan kami yang semakin bosan, ah dasarnya anak muda apa lagi bagi kami yang baru duduk di bangku kelas 1 atau kelas 2 SMK setingkat SMA kadang terlalu serius membuat kami semakin enggan dan semakin tidak ingin ikut dengan acara tersebut.
Astagfirullah maafkan diri ini yang dulu belum sepenuhnya memenuhi perintah-Mu, ini hanyalah bagian dari proses memang benar ada saatnya ketika kita mulai sadar dan kefahaman terhadap agama kita. Maka Allah akan membimbing hambanya sungguh ketika hidayah itu datang aku ambil dan aku simpan di dalam hati lalu aku semakin dekat dengan-Nya dan tak ingin jauh.
Aku hanya ingin mencintai-Mu, mencintai orang- orang yang mencintai-Mu, dan amal yang dapat mengantarkanku untuk mencintai-Mu. Ya Allah jadikanlah cintaku pada-Mu melebihi cintaku pada diriku sendiri, keluargaku dan melebihi air yang menyejukkan. (HR. TIRMIDZI).
Akan ada masanya nanti ketika diri ini sudah siap, siap secara ilmu dan mental dan Insya Allah secara pribadi ingin memajukan generasi muda untuk mencintai dakwah, karena dakwah tidak selalu dengan bahasa yang formal dengan duduk manis atau terlalau serius, dakwah harus karena cinta yang terlahir dari dalam hati suci bersih yang telah di bersihkan oleh-Nya sehingga kita semakin yakin dan percaya bahwa sesungguhnya berdakwah itu harus sesuai dengan zamannya sesuai dengan peradaban yang ada pada masa ini, contoh kecil seperti berdakwah lewat social media, lewat gambar dan tulisan puisi- puisi indah itulah keindahan dakwah. Berdakwah itu harus dan tentu karena cinta.
Penulis: Anggita Mulina Arianti | twitter: @anggita_mulina
Comments
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar, yang sopan ya :) | Semua komentar akan dimoderasi.
Hendak diskusi dengan penulis, silakan via email di pena_sastra@yahoo.com. Terima kasih