Matikan TV! Waktunya Belajar Lagi!

matikan tv, belajar lagi, sangpena 
sangpena.com | Zaman semakin maju, teknologi semakin canggih - implikasinya juga sangat terasa. Akibatnya globalisasi masuk ke segenap ruas dan sendi kehidupan, termasuk di dalamnya gombalisasi dan goblogisasi. Sistematik, massif dan terstruktur, kata banyak orang akhir-akhir ini. Hehe,

Kini, manusia modern tidak bisa bergerak bebas. Mereka sudah mulai bergantung, lebih seperti dipenjara dan kecanduan produk teknologi yang sebenarnya dibuat oleh manusia sendiri. Mari kita coba sebut satu-satu; TV, Handphone, game, fashion dan kosmetik, internet, dan sederet produk lain yang dibuat manusia.

Kenapa produk-produk tersebut sedemikian kuat mencengkeram masyarakat sebagai market? Jawabannya adalah peran besar media dalam menciptakan image suatu brand.

Media yang penulis maksud dalam hal ini, lebih cenderung untuk fokus kepada apa yang kita sebut sebagai televisi. Ya, televisi! Peran televisi sangat luar biasa dalam membentuk pasar, sekaligus menghancurkan pasar.
Pergeseran nilai yang luar biasa dalam kehidupan bermasyarakat ini menjadi pintu masuk yang mulus bagi budaya-budaya (negatif) asing. Yang jadi persoalan adalah filter kita masih terlalu payah sehingga yang terserap lebih banyak nilai-nilai yang cenderung destruktif: malas, boros, hedonis, tidak disiplin, budak teknologi, sampai kejam (banyak kejahatan terinspirasi dari suguhan di televisi).

Berapa banyak berita korupsi, pembunuhan, pemerkosaan, dan berbagai kejahatan dijadikan headline setiap hari di televisi. Berita infotainment, gossip, dan hal-hal remeh temeh dari mereka yang disebut artis juga dikemas menarik dan menjadi menu utama. Tapi ironis, prestasi dan karya anak negeri yang seharusnya dijadikan inspirasi malah jarang diberitakan bahkan tidak ada sama sekali.

Jika dihitung dengan akal sehat, apa yang terhidang di televisi saat ini: 1. Gosip, 2. Gosip, 3.Gosip, 4. Kekerasan, 5. Sinetron (yang ngegosip), 6. Iklan (yang ngegosip), 7. Berita (yang isinya Gosip). Inilah menu utama tontonan mayoritas masyarakat di republik ini. Lebih gilanya lagi, jam tayang mereka sudah sesuka hati, tidak lagi peduli kepada anak-anak yang masih dalam tahap perkembangan. Maka tak heran, jika anak-anak remaja sekarang bergaya artis, dompet kere tapi pengen keren habis, akibatnya banyak hal-hal terlarang yang dilakukan untuk pemenuhan itu semua.

Saya pribadi sebenarnya tidak punya masalah dengan siapapun yang meniru artis, selama yang mereka tiru MEMANG PANTAS UNTUK DITIRU. Masalahnya apa yang tersaji di TV saat ini lebih banyak mengandung hal yang ... (silakan diisi sendiri).
Huufft, bakal panjang tulisan ini :D

Penjungkirbalikan nilai sangat biasa terjadi di televisi. Nilai dan norma ketimuran yang sudah jadi "brand" Indonesia pun akhirnya mulai luntur dan rontok. Digantikan secara perlahan, ibarat kata permata kita ini dicuri tanpa ada yang sadar sedang kehilangan.

Di televisi, gosip misalnya, si A dan B yang pacaran notabene sama-sama artis bisa ditayangkan seharian di puluhan stasiun televisi, berita C dan D yang menikah, lalu selingkuh dengan E yang juga sudah menikah bisa satu minggu ditayangkan berulang. Lebih horornya lagi, artis hamil di luar nikah yang pada awalnya dicemooh bisa jadi tokoh teladan karena saking seringnya ditampilkan dan mendapat award dari penonton. Gila!

Sinetron aja deh, ingat tidak dengan Tersanjung? Sampai dibikin berapa seri tuh? :/ begitulah mental kapitalis, jika ada sinetron yang ratingnya bagus, dijamin bakal lanjut di seri berikutnya. Dan akal sehat akan sulit mencerna, kenapa bisa seperti itu? Padahal di mayoritas sinetron, alur mudah sekali ditebak. Pasti ada orang yang sangat jahat, ada orang yang sangat (maaf) miskin yang disia-sia, keluarga yang berantakan, perempuan yang mengganggu keluarga orang, dan lain sebagainya. Tontonan macam inilah yang saat ini hampir setiap hari menghiasi layar kaca. Menjejali isi rongga-rongga kosong anak anda yang melompong!

Dimana keteladanan dapat diperoleh jika tontonan generasi masa depan hanya berkutat pada gosip-gosip dan sinetron (yang juga nge-gosip)? Dimana ada tontonan yang membangkitkan nasionalisme? Apakah cukup di bulan agustus kita mengenang jasa pahlawan dan menjadikannya ajang balap karung? Dimana generasi muda mendapatkan kesadaran sosial, kesalehan dan kemandirian dari apa yang mereka lihat? Entahlah...

Jika masa lalu berhala dapat kita perangi dan hancurkan, sepertinya berhala terkini semakin modern, bisa dijumpai dalam tiap genggaman, bisa ditemukan di setiap rumah. Mereka tidak disembah secara fisik, tapi pengaruhnya lebih dahsyat dari sekedar disembah. Berhala itu bernama budaya pop, tidak lagi ditakuti, tapi malah justru disenangi.

Yuk, mari matikan TV dan lanjut belajar lagi! :) Trus TVnya ngapain? Gunakan untuk melihat tontonan yang berkualitas. Apakah masih ada? Jawabannya masih ada, sekalipun jumlahnya sedikit. Anda bisa lebih tau tentunya mana yang berkualitas.

Jika anda setuju dengan tulisan ini, bantu share ya biar bermanfaat :) | Mari kampanyekan #KerenTanpaTV :D

Semarang, 24 Agustus 2014 | 10:46pm
Sejuknya setelah hujan.

Comments

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Daftar 50 Promising University Indonesia