My Opini : Jangan Takut Menulis!

Jangan Takut Menulis!
Sang Pena - My Opini - Ketika terdapat gelombang penolakan terhadap keputusan Dikti atas kebijakan Jurnal Ilmiah untuk mahasiswa S1, sebenarnya ada “benang merah” yang bisa kita simpulkan. Bahwa kemampuan menulis mahasiswa Indonesia masih jauh dari kesan “mumpuni” atas kapasitasnya sebagai agen perubahan yang selama ini digembar-gemborkan.
Pertanyaan yang juga patut dijawab bersama, apakah yang selama ini dilakukan mahasiswa di kampus hanya formalitas saja? Mengejar gelar kesarjanaan kemudian mencari pekerjaan. Jika benar demikian maka kampus tak lebih hanya gudang yang menciptakan sampah di masyarakat. Karena lulusannya tidak memiliki softskill, dan hanya berorientasi untuk mengejar profit.
Menulis adalah sebuah kebiasaan, bahkan menjadi kebutuhan bagi mereka yang sudah menemukan ‘hidup’ lewat tulisan. Lewat tulisan kita berkarya, lewat tulisan kita bisa bersuara, dan lewat tulisan kita bisa menyampaikan perubahan lebih tajam daripada pedang.
Mahasiswa S1 umumnya telah belajar dan menggeluti tulisan selama kurang lebih empat tahun. Jika selama kurun waktu tersebut tidak menyisakan kemampuan menulis yang membekas maka itu bukan kesalahan kampus selaku institusi, namun lebih kepada personal mahasiswa yang tidak memanfaatkan kesempatan belajar yang sebaik-baiknya.
Penyakit yang umumnya menimpa bangsa Indonesia, termasuk para mahasiswanya adalah keengganan untuk mencoba, rasa malas, dan pesimis yang akut. Banyak yang mengatakan bahwa membuat jurnal ilmiah itu sulit, sudahkah anda mencobanya? Jawabannya pasti belum. Inilah yang menyebabkan bangsa ini tertinggal jauh dengan tetangga sebelah yang luas negaranya tak lebih dari Kota Semarang.
Jika penyakit ini dibiarkan berlarut-larut bukan hanya di dunia menulis kita tertinggal jauh, tetapi di semua aspek kehidupan bangsa ini hanya akan menjadi penonton dan konsumen. Tidak ada inovasi, tidak ada gairah memperbaiki.
Salah satu tindakan yang bisa diusahakan mahasiswa untuk mempersiapkan diri menghadapi tuntutan membuat jurnal ilmiah adalah mulai membiasakan diri untuk menulis. Menulis bukanlah hal yang sulit, karena kita telah mulai melakukannya bahkan sejak duduk di bangku TK.
Jangan pernah takut untuk menciptakan Jurnal atau Karya Ilmiah, apalagi sampai menjadikan kita memplagiat karya orang demi meraih sebuah gelar kesarjanaan. Ilmu yang kita miliki bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga dibutuhkan oleh masyarakat, dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Tuhan kemana ilmu tersebut kita amalkan. Maka dari itu, berkaryalah, menulislah. Tunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia juga bisa, bahkan lebih baik.
Kuntowijoyo, salah satu sejarawan paripurna dan Dosen Fakultas Sastra UGM yang pernah menjadi anggota PP Muhammadiyah mengatakan, “Syarat untuk menjadi penulis ada tiga, yaitu: menulis, menulis, dan menulis”. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, kita bisa memulainya lagi, dari diri sendiri, dari sekarang.

Comments

Popular posts from this blog

Your Link Exchange

Forum ICITY: Transformasi Cara Berkomunikasi & Berbagi Solusi

Seberapa Cepat Loading Blog Anda?